Kamis, 15 Juni 2017

Surat Pengantar TOR Mangrove di Kawasan Sanana Utara

Salam Adil dan Lestari !
Bahwa hutan mangrove, sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Keberadaan hutan mangrove di Sanana Utara, sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran masyarakat sekitar, cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana, terbuka, profesional, serta bertanggungjawab.
Bahwa untuk melestarikan hutan mangrove di Sanana Utara, maka kami mengajak kepada Bapak/Ibu/Saudara/Saudara untuk bersama – sama seluruh pemangku kepentingan di negeri ini untuk dapat menyatukan visi, misi dan aksi dalam kegiatan Rehabilitasi Ekologis dan Pengelolaan Mangrove Lestari di Sanana Utara. Adapun TOR kegiatannya sebagaimana terlampir. 
Download File PDF : 

Selasa, 07 Februari 2017

Satwa Liar Kabupaten Kepulauan Sula yang terancam Populasinya.


Pada saat ini, populasi satwa liar di kabupaten Kepualaun Sula merosot tajam. Populasi satwa liar Kabupaten Kepulauan Sula kian berkurang akibat perambahan hutan yang tak terkendali.

Degradasi  hutan di kabupaten kepulauan sula terjadi karena pembukaan hutan untuk perkebunan, maupun penebangan liar. Ironisnya lagi pembukaan hutan sebagai lahan perkebunan dilakukan dengan cara membakar yang dimana bukan saja merusak hutan sebagai tempat tinggal berbagai jenis satwa liar tapi juga unsur hara dari pada tanah.

Berikut ini bebrapa satwa liar di Kabupaten Kepulauan Sula yang teramcam populasinya akibat perambahan hutan yang tak terkendali.

1. Kua-Kua/Merpati Hutan Putih


Merpati Hutan Putih atau yang di kenal dengan sebutan Kua-Kua bagi warga setempat adalah burung yang berstatus kritis dalam IUCN, merpati hutan putih berukurab besar (40 cm), berwarna putih bersih, sayap berwarna hitam, ekor bagian atas berwarna hitam, ekor dan tubuh bagian bawah berwarna putih. Walaupun belum ada data resmi tentang populasi merpati putih di Kabupaten Kepualauan Sula tapi sesuai dengan pengamatan di lapangan merpati jenis ini sekarang sudah sangat sulit kita jumpai di alam liar.

2. Man Baha/Tib-tib/Merpati Hutan Mentalik


Merpati-hutan Metalik adalah spesies burung yang mempunyai paruh, berdarah panas, dan membiak dengan cara bertelur.

Merpati-hutan Metalik berukuran besar (45cm). Merpati Hutan Metalik masih dalam keluarga Columbidae. Burung jantan mempunyai kepala bewarna ungu dan hijau berkilau, sayap hitam dan hujung ekor tegak, iris mata merah, paruh kuning, dan kaki keunguan. Ia mempunyai bulu dada perang pudar atau hijau keunguan bergantung subspesies.

3. Kepala Roda Mangole/Raja Perling



Adalah sejenis burung anggota Amilia Sturnidae (Jalak dan kerabatnya). Walaupun Raja Perling di kenal sebagai salah satu satwa endemik Sulawesi Tangah akan tetapi penyebarannya juga sampai ke Kabupaten Kepulauan Sula Khusunya Pulau Mangole.

Habitat alaminya yaitu hidup di hutan-hutan basah, terutama di bukit-bukit dataran rendah sampai dengan dataran tinggi 1000-2000 diatas permukaan laut.

Status dari burung jenis ini juga tarancam keberadaanya karena perambahan hutan yang semakin meningkat.

Selain beberapa satwa liar diatas masih ada beberapa satwa liar yang keberadaanya juga terancam oleh berbagai aksifitas masyarakat baik itu di hutan maupun di lautan. Walaupun penyebaran beberapa satwa jenis ini masih banyak kita temukan bukan tidak mungkin bebarapa tahun yang akan datang satwa-satwa ini juga akan terancam populasinya karena hutan dan lautan yang menjadi habitatnya telah di rusaki oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Berikut ini beberapa satwa liar yang di perkirakan akan mengalami nasib yang sama seperti beberapa satwa liar diatas.


Pen Lota

Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) merupakan penyu terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya. Selain itu penyu ini walaupun berjalan lambat, namun ketika berenang merupakan reptil tercepat di dunia dengan kecepatan mencapai 35 Km perjam, Penyu belimbing mampu mempunyai ukuran panjang hingga 3 meter dengan berat dewasa mencapai 900 kg.Jenis ini bisa mudah diidentifikasi dari karapaksnya yang berbentuk seperti garis-garis pada buah belimbingKarapaks ini tidak ditutupi oleh tulang, namun hanya ditutupi oleh kulit dan daging berminyak. Penyu belimbing merupakan satu-satunya anggota famili Dermochelyidae yang masih hidup. Peredaran Penyu Belimbing di Pulau Mangole Semakin langkah akibat perburuan liar.

Nuri Mangole

Nuri Raja Mangole (Alisterus Mangole), adalah Burung Nuri yang peredarannya masih cukup banyak kita jumpai di Pulau Mangole Penampilan jantan dan betina kelihatan sama, dengan kepala dan bagian atas badan yang didominasi dengan warna merah, sayap hijau (biru pada satu subspesis), dan punggung dan ekor biru. Enam subspesies diakui, tetapi hanya beberapa ini yang biasa pada avikultur. Di alam liar, burung ini mendiami hutan hujan dan memakan buah-buahan, biji-bijian dan kuncup. Peredaran burung ini di Pulau Mangole masih terbilang sangat sangat jauh dari kepunahan.

Man Sanggia/Karre Parkici Mangole

Perkici Mangole mempunyai tubuh berukuran 23 cm. Dewasa: secara umum berwarna hijau dan kuning limun, kepala depan dan kekang bercoret biru/hijau muda, sedangkan bagian kepala lainnya Burung endemik pulau Pulau Mangole, menghuni tepi hutan primer, hutan sekunder, tegalan dan perkebunan sampai ketinggian 1400m. Burung yang cukup umum, meskipun dengan daerah persebaran yang terbatas. Sering ditemukan terbang dengan jenis paruh-bengkok lain dalam kelompok kecil yang berisik. Memakan nektar bunga, buah ara dan sesekali serangga.

Harapan saya, kedepannyan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula lebih ramah dalam pemanfaatan Hutan baik itu untuk kegiatan perkebunan, pemukiman dan lain sebagainya agar flora dan fauna yang ada tetap lestari. 

LESTARI HUTANKU DAN LAUTKU MAKA SEJAHTERA RAKYATMU

Minggu, 05 Februari 2017

Mangrove Kebupaten Kepulauan Sula



                                              Penulis:
Kerusakan Hutan Mangrove yang terjadi di Maluku Utara khususnya Kabupaten Kepulauan Sula semakin meningkat dari tahun ke tahun dan sesuai dengan hasil pengamatan dari tim  SMW Sahabat Mangrove satu atau dua abad kedepan mengalami ancaman kepunahan yang disebabkan karena penebangan liar, pengalihan fungsi lahan dll. Fakta kerusakan hutan khususnya mangrove dapat dilihat dengan jelas di lokasi Telaga Desa Fokalik dan Desa Malbufa Kecamatan Sanana Utara.

         


 Lokasi: Telaga Desa Fokalik
Salah satu penyebab kerusakan adalah pembabatan hutan mangrove secara besar-besaran oleh masyarakat mulai dari Kawasan Hutan Mangrove Desa Man Gega sampai dengan Desa Fokalik Kecamatan Sanana Utara yang dilakukan pada priode tahun 1990an guna menjadikan mangrove sebagai kayu bakar, sedimentasi dan bahkan sampai sekarang masih ada saja kita jumpai masyarakat pesisir sekitar kawasan Hutan Mangrove yang masih memanfaatkan mangrove untuk di jadikan "Sero" perangkap ikan skala besar yang bahannya mengunakan kayu mangrove dalam jumlah yang banyak. Agak miris ketika kita melihat kondisi Hutan Mangrove yang begitu terancam hal ini di karenakan minimnya pengtahuan masyarakat tetang hutan mangrove dengan berbagai fungsi dan manfaat baik ekologis maupun ekonomis dll.

Menyikapi fenomena tersebut,  bersama teman-teman SMW bekerjasama dengan pemerintah Desa di beberapa Desa Kecamatan Sanana Utara Kabupaten Kepulauan Sula.

Kerjasama ini terdiri dari beberapa tahapan.

Tahap pertama dimulai dari:

1. Identifikasi lokasi-lokasi kerusakan Hutan Mangrove
2. Identifikasi jenis-jenis
3. Identifikasi kontur tanah.

Kedua:

1. Pembibitan
2. Penanaman
3. Pemiliharaan

Muda-mudahan usaha reboisasi hutan mangrove yang kita coba lakukan memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat di beberapa Desa di Kecamatan Sanana Utara Kabupaten Kepulauan Sula agar kedepanya keperluan untuk konsumsi oksigen sudah sangat tersedia dan meningkatkan rasa aman dari bencana tsunami bagi masyarakat yang berdekatan dengan hutan mangrove tersebut. Selain itu, melalui kerja sama ini di harapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya pelestarian hutan mangrove semakin meningkat.